Brilio.net - Mendapatkan kondisi kerja yang layak merupakan hal yang penting demi kesehatan mental pekerja. Kondisi kerja yang baik mencakup lingkungan yang nyaman. Dimana perusahaan memiliki jam kerja yang wajar, gaji yang adil, serta hubungan yang harmonis dengan rekan kerja dan atasan. Hal itulah yang dilakukan oleh salah satu supermarket di China. Mereka melakukan sebuah kebijakan yang mengupayakan karyawannya sehat secara mental.

Dilansir dari Firspost.com Supermarket Pang Dong Lai secara resmi mengumumkan sebuah kebijakan saat event China Supermarket Week. Dalam keterangannya, karyawan jaringan ritel yang berbasis di Provinsi Henan dapat mengambil cuti tambahan hingga 10 hari jika sedang merasa tidak bahagia. Sebelumnya, perusahaan telah memberikan hak cuti selama 40 hari dalam setahun. Kebijakan ini juga dianggap memudahkan pekerja karena mereka boleh mengambil cuti tersebut tanpa persetujuan dari atasan.

BACA JUGA :
Viral Timnas Indonesia kalah 50-109 dari China di Women Asia Cup, postur tubuh lawan ini jadi omongan

"setiap orang mempunyai saat-saat ketik mereka tidak bahagia, jadi jika Anda tidak bahagia, jangan datang bekerja," kata Bos dari perusahaan tersebut yang bernama Yu Dong Lai, ia merupakan ketua Pang Dong Lai. Keterangannya dikutip dari Firspost.com pada Rabu (25/6).


perusahaan china kasih cuti sedih
freepik.com

BACA JUGA :
Momen jemaah Makassar pulang ibadah haji melenggang bak fashion show, gayanya bak toko emas berjalan

Sang pengusaha juga mengatakan bahwa cuti tersebut tidak boleh ditolak oleh pihak manajemen. Jika hal itu terjadi, maka manajemen telah melakukan pelanggaran. Tentu ada konsekuensi yang akan diterima manajemen tersebut.

"Cuti ini tidak bisa ditolak oleh manajemen. Penolakan adalah sebuah pelanggaran," ujar Yu.

Yu juga mengatakan bahwa kebijakan baru ini akan membuat karyawan bisa menentukan waktu istirahatnya sendiri. Selain itu, pekerjanya juga punya kebebasan untuk merencanakan kapanpun ketika ingin mengambil cuti.

Selain cuti sebanyak 40 hari dengan tambahan 10 hari, perusahaan tersebut juga memiliki kebijakan bahwa karyawan harus bekerja selama 7 jam dalam sehari dan memiliki libur di akhir pekan. Mereka juga diberikan libur selama lima hari ketika tahun baru Imlek.

Meskipun perusahaan ritel tersebut hanya memiliki 13 toko di Xinchang dan Xinxiang, provinsi Henan, tetapi kebijakannya telah menuai sorotan nasional. Mereka digadang-gadangnya sebagai industri di Tiongkok. Selain memberdayakan karyawan, mereka juga dikenal layanan pelanggannya yang luar biasa sejak 1995.

Atas kebijakan yang memperhatikan karyawan tersebut, psikolog senior dan direktur eksekutif Neha Cadabams di Rumah Sakit Cadabams lantas memujinya. Ia mengatakan bahwa cuti sedih dapat membantu karyawan mengatasi masalah pribadi atau emosional mereka. Selain itu karyawan juga bisa meningkatkan fokus dan produktivitas ketika kembali bekerja.

Kebijakan menuai pro-kontra

perusahaan china kasih cuti sedih
freepik.com

Namun, ternyata penerapan kebijakan tersebut juga dapat menyebabkan potensi penyalahgunaan. Salah satunya seperti karyawan yang terlibat dalam aktivitas profesional lainnya, seperti bekerja sambilan. Ini merupakan tindakan yang tidak baik karena mengambil pekerjaan tambahan tanpa memberi tahu kepada perusahaan.

Oleh karena itu, Cadabams mengatakan bahwa kebijakan tersebut memerlukan strategi manajemen yang kuat. Hal tersebut dilakukan untuk menangani potensi tantangan penjadwalan dan memastikan tanggung jawab pekerjaan tidak terganggu.

"Ini harus diterapkan dengan cara yang jelas-jelas tidak menganjurkan penggunaan waktu ini untuk kegiatan profesional di luar pekerjaan utama," kata Cadabams.

perusahaan china kasih cuti sedih
freepik.com

Pada dasarnya, kebijakan cuti tambahan 'tidak bahagia' itu sangat bertolak belakang dengan budaya kerja yang lazim terjadi di perusahaan China. Pasalnya, masih banyak pekerja yang harus bekerja selama jam 9 pagi hingga jam 9 malam, dan itu dilakukan selama 6 hari dalam seminggu.

Hal tersebut langsung dibuktikan lewat survei pada 2021 yang berisi tentang kecemasan di tempat kerja di Tiongkok. Hasilnya, lebih dari 65 persen karyawan merasa lelah dan tidak bahagia di tempat kerja.

 

(brl/ola)

RECOMMENDED