Brilio.net - “Kadang kita perlu merasakan luka, agar tak memberi luka yang sama pada anak-anak.”

Menjadi seorang ibu, tak berarti kamu harus mengurungkan mimpi-mimpi. Itulah nilai yang dianut Mawar Firdausi, seorang ibu dari lima buah hati yang kisahnya bisa jadi teladan bagi generasi masa kini. Dua di antara buah hatinya mengidap Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), yang membuat kehidupannya sebagai seorang bunda memiliki perjuangan yang berbeda. Belakangan, ia juga tahu jika sang suami mengidap gangguan yang sama.

BACA JUGA :
Sosok Mak Sombret pemulung yang viral ngojek Rp600 ribu antar tetangga berhaji, tabiatnya layak dipuji

Kehidupan yang penuh tantangan tak membuat ia ciut menjalani hari-hari. Bahkan ia mampu meraih berbagai pencapaian di tengah kesibukan mengurus lima anak dan mengelola perusahaan yang ia dirikan bersama sang suami. Saat ini, Mawar dan suaminya memiliki dan mengelola perusahaan translation internasional yang sangat sukses karena telah menghandle berbagai brand ternama. Perusahaan yang dibangun dengan suaminya ini sudah berusia 14 tahun.

Menjadi seorang pebisnis dan ibu dengan memiliki 5 anak tentu tidak mudah. Apalagi dua di antaranya memiliki pola parenting dan penanganan yang berbeda dari anak lainnya.


“Tentunya memiliki anak ADHD lebih chalenging ya, karena mereka lebih impulsif dan hiperaktif. Jadi tentu penanganannya lebih berbeda.” Tutur Mawar kepada tim brilio.net baru-baru ini.

BACA JUGA :
Kisah perjuangan Ode, pengusaha kuliner asal Papua yang bangkrut namun bangkit lagi jadi bos sablon

foto: Instagram/@translationlinker

Mawar bercerita bahwa Faruq, anak sulung Mawar yang mengidap ADHD termasuk terlambat ditangani. Hal ini karena minimnya informasi mengenai gangguan ADHD dan sejenisnya. Ia baru menyadari di usia Faruq yang sudah 3,5 tahun mengalami speech delay dan Mawar sudah menduga ada yang salah, namun pada saat itu ia tak langsung menyadarinya karena belum ada edukasi mengenai parenting terkhusus tanda-tanda mengenai pengenalan gejala kelainan pada anak.

Bermodal belajar dari blog luar negeri dan mengikuti sekolah ibu, Mawar akhirnya membawa anaknya ke psikolog untuk penanganan yang lebih lanjut. Dengan diagnosis awal autisme, Mawar mulai melakukan terapi secara berkala. Selain itu, Mawar dan suami terjun langsung untuk proses penanganan Faruq karena sosok ayah sangat dibutuhkan dalam tumbuh kembang anak. Saling bekerja sama untuk merawat Faruq, bisnis mereka sempat dihandle oleh karyawan. Namun pada akhirnya dengan second opinion dan cek psikolog secara berkala selama 6 bulan sekali, tahun demi tahun akhirnya gejala autismenya berkurang dengan dominan ADHD.

Dengan berbekal pengetahuan dan pengalaman, Mawar menjadi mampu lebih awal menganalisis tingkah laku dari anak-anaknya yang lain sehingga anak ke-4 nya yang memiliki ADHD mendapatkan penanganan yang lebih awal sehingga gejala dan tingkat ADHD tidak lebih parah dari anak sulungnya. Pengalaman yang menjadikannya sebagai seorang ibu yang bertumbuh untuk memberikan perhatian sedemikian rupa pada buah hatinya.

Tentu dengan memiliki anak ADHD, hal yang sulit juga dialami oleh seorang ibu. Terkadang stock sabar harus diperbanyak, belum lagi menanggapi lingkungan kehidupan sosial yang sering mencemooh dan terkesan merendahkan pengidap ADHD. Tak hanya itu, Mawar juga harus menguatkan dirinya ditengah putra sulungnya yang mengalami bullying di sekolah. Sebagai seorang ibu, tentu tidak ada yang menginginkan buah hatinya mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan dari orang lain. Apalagi persekusi yang menekan anak hingga menyebabkan trauma.

Perlu kesabaran ekstra untuk menghadapi berbagai permasalahan ketika memiliki anak ADHD. Selain perlu penanganan khusus yang harus menyiapkan stock sabar, seorang ibu yang memiliki anak ADHD harus menguatkan mental anaknya agar anak tidak memiliki perasaan takut ditolak oleh lingkungan di sekitarnya. Meski begitu, kemampuan akademik anak ADHD sangat luar biasa dan memiliki karya yang bahkan melebihi anak lainnya. Ia percaya semua anak ADHD memiliki potensi yang membanggakan, namun peran dari orang tua sangatlah dibutuhkan dalam pengasuhan anak.

foto: Instagram/@mawarf6 ; TikTok/@mawarf6

Menjadi ibu yang juga berkarya di media sosial TikTok dan Instagram yang membagikan tips parentingnya untuk anak yang mengalami ADHD, Mawar mengembangkan bakat dan kesenangannya dalam menulis dengan membuat buku berjudulkan “Kukira Aku Tak Sanggup Jadi Ibu” pada tahun 2023 lalu.

Di dalam bukunya ia menjelaskan tentang tantangan dan perjalanan menjadi seorang ibu yang pernah mengalami luka pengasuhan dan dikecewakan oleh dunia, namun ternyata pada akhirnya diberi titipan anak istimewa dari Allah. Mawar tak menyangka bahwa dengan berbagai luka pengasuhan yang ia dapatkan di masa lalu, membuatnya menjadi seorang ibu yang tak ingin meninggalkan bekas luka yang sama pada anak-anaknya.

Semangat tersebut membuat Mawar berusaha sekuat tenaga untuk menyembuhkan luka yang ada dalam dirinya terlebih dahulu untuk bersiap memberikan kasih sayangnya kepada anaknya agar mereka tak mengalami layaknya apa yang Mawar rasakan dahulu. 

"Perlu lebih dahulu mencintai dirinya sendiri, sebelum bisa mencintai orang lain. Ia perlu mengasuh jiwa kecilnya dahulu, sebelum bisa mengasuh manusia-manusia kecil yang lahir dari rahimnya. Perlu menyembuhkan luka dahulu agar bisa jadi versi terbaik dirinya, sebagai ibu. Karena menjadi ibu tak hanya butuh naluri, tetapi juga ilmu dan hati," tulisnya dalam buku.

Buku ini mendapat respon yang positif dari masyarakat, bahkan saat ini sudah memiliki cetakan ke-2 dan tersebar di seluruh Gramedia.

foto: Instagram/@linimasabooks

Motivasi Mawar untuk berkarya, khususnya dalam dunia parenting di media sosial dan menjadi penulis buku salah satunya adalah tidak ingin orang lain merasakan apa yang ia rasakan.

“Aku ingin ibu di zaman sekarang lebih mudah mengakses informasi mengenai penanganan ADHD. Sehingga para ibu bisa tepat waktu menangani anaknya, karena golden time anak sangat sayang untuk dilewatkan. Ia tidak ingin para obu terlambat menyadari tumbuh kembang anaknya, segera aware terhadap red flag yang dimiliki anak agar dapat ditangani pada waktu yang tepat,” jelas mawar.

Aktifnya Mawar di media sosial ini ingin membagikan semangatnya kepada para ibu bahwa Allah menitipkan anak yang istimewa bukan karena kita tidak mampu, tapi karena Allah pandang kita mampu untuk melakukannya. Ia merasa terharu dan ikut senang ketika ada para ibu yang menyampaikan pesan terimakasih kepadanya karena sudah memberikan edukasi sehingga anaknya memiliki perkembangan ke arah yang lebih baik.

Meskipun hari-hari Mawar diwarnai dengan berbagai kesibukan bisnis dan keaktifannya di media sosial, ia tetap memiliki waktu berharga yang ia siapkan untuk anak-anaknya. Terkhusus di weekend, ia menyesuaikan waktu luangnya di luar jam kerja dengan menyesuaikannya dengan kebutuhan masing-masing setiap anak. Ia tetap ingin mengawasi dan memantau tumbuh kembang anaknya dengan baik di rumah sekalipun kesibukan di kantor sering menyita waktunya. Dengan ini, Mawar membuktikan bahwa seorang ibu bisa memiliki karya dan tetap mengupayakan asuhan terbaik untuk anaknya.

“Orang tua memiliki struggle masing-masing. Ibu produktif tidak berarti seorang ibu yang harus bekerja, ibu yang harus menghasilkan buku, atau menjadi pembicara. Tapi ibu produktif adalah ibu yang bisa menjadi versi terbaik dari dirinya dan bisa menghargai setiap proses dari diri dan keluarganya sekecil appaun,” pungkasnya.

Magang/Himmatul Ahsana

(brl/wen)

RECOMMENDED