Soto legendaris dari 1948

Soto Pites Mbah Galak ini terkenal sebagai soto legendaris di Jogja. Bagaimana tidak, baru 3 tahun Indonesia merdeka, Mbah Galak sudah memulai berjualan soto. Perlu diketahui, bahwa Bu Ani merupakan generasi ketiga dari bisnis soto ini. Ia adalah cucu mbah galak yang merintis soto pites sejak tahun 1948. Disebut legendaris karena usaha ini masih bertahan sejak berjualan keliling hingga akhirnya menetap dan mendapat tempat di Pasar beringharjo.

Bu Ani mengatakan, bahwa Mbah Galak sebenarnya adalah orang Banjarnegara. Neneknya itu memilih merantau ke Yogyakarta untuk mencari peruntungan. Ia memulai usaha soto ini tidak ujug-ujug tetap di satu tempat. Mbah Galak merintisnya sejak masih menggunakan metode pikul.

BACA JUGA :
Berjualan sejak masa Orde Lama, kuliner dalam gang buatan adik Yu Djum ini ludes 2 jam

“Ini mulainya dari tahun 1948, mulainya dari dipikul nggak langsung di pasar. Dipikul ya kan zaman dulu kan pikulan kalau jualan belum ada gerobak zaman waktu itu kan. tahun 48 kan masih tradisional banget,” terang Bu Ani.

Soto pites baru mendapat tempat di Pasar Beringharjo itu di sekitar tahun 60-an. Itupun lokasi berjualan masih terlalu sempit, karena memang Pasar Beringharjo tidak seluas sekarang. Lupa-lupa ingat Bu Ani mengatakan bahwa harga soto pertama kali menggunakan uang logam dengan bolongan di tengah. Ia tidak mengetahui persis berapa nominal uang tersebut.


BACA JUGA :
Aksi pedagang es buah sulap sedotan jadi sendok ini kreatif, S3 marketing kagum lihatnya

foto: Brilio/Muhammad Rizki Yusrial

Itu pun sebenarnya tidak diketahui langsung dari neneknya, informasi tentang harga, Bu Ani peroleh lewat salah seorang pelanggan setia. Pelanggan tersebut sudah membeli soto sejak tahun 1948. Pelanggan itu juga menjadi saksi perkembangan soto pites dari tahun ke tahun. Ibu Ani hanya mengingat harga soto di sekitar tahun 70-an. Katanya ketika ingin makan soto orang harus merogoh kocek sebesar Rp 250 rupiah.

Seiring berjalannya waktu, soto pites pernah melakukan pergeseran tempat. Bukan karena kehendak pribadi, melainkan bencana yang tidak diinginkan. Pada tanggal 9 Agustus 1986, Pasar Beringharjo pernah mengalami kebakaran. Kebakaran tersebut terjadi sekitar pukul 10.00 WIB dan menghanguskan sekitar 500 kios dan toko. Akibatnya pedagang di pasar tersebut dengan sangat terpaksa di relokasi.

Meski waktu itu Bu Ani masih kecil, ia mengetahui bahwa warung soto neneknya dipindahkan di Shopping Center, sebuah tempat tidak jauh dari Taman Budaya Yogyakarta. Setelah Pasar Beringharjo kembali dapat digunakan, barulah soto pites kembali dan mendapat kios di tempat itu.

“Tahun 80-an kalau nggak salah sempat kebakaran di sini. Pasar akhirnya diperlebarkan. Direlokasi beberapa kali baru di rolling lah di sini. kan di lotre dapat di sini. sampai sekarang. dulu kecil pojokan itu sampai di lebar-lebar. dulu kecil banget,” imbuh Bu Ani

Usaha Turun Temurun

Setelah Mbah Galak meninggal dunia, usaha soto tidak serta merta menjadi tutup. Anaknya, yang mendapat julukan sebagai mbah galak II meneruskan usaha tersebut. Resepnya diturunkan secara turun temurun. Dari mbah galak dua ini lah soto pites di pasar Beringharjo semakin berkembang.

Pada tahun 2013, Mbah Galak II juga meninggal dunia, Bu Ani sebagai anaknya mengambil langkah untuk meneruskan. Ia mengaku bahwa resepnya tak pernah dirubah. Cita rasa, service bahkan sampai ke merek kecap tak pernah berganti. Bu Ani mengatakan bahwa itulah cara agar usaha soto bisa bertahan dan terus mendapatkan pelanggan.

Sebagai anak dari Mbah Galak II, ia mengaku sering ikut jualan ketika masih SD dulu. Bu Ani tak sempat bertemu dengan Mbah Galak yang pertama. Karena waktu Mbah Galak pertama meninggal ia masih berusia balita. Kegiatannya yang sering membantu jualan tersebut, membuatnya mengetahui cara dan resep membuat soto pites.

“Saat itu ibu pas masih sekolah saat liburan ikut mbah kepasar ikut jualan. jadi kan lama-lama dengan sendirinya tahu, karena diajarin juga. di sini nggak pernah pindah cuma diperlebar aja,” katanya.

foto: Brilio/Muhammad Rizki Yusrial

Saya pertama kali datang ke Soto Pites Mbah Galak ini pada tahun 2022 lalu. Jualannya masih pada satu petak saja. Kini telah diperlebar ke seberang lorong kecil pasar. Soal pelanggan, Soto Pites selalu ramai dikunjungi terlebih pada jam makan siang. Di tahun 2013, Soto Pites Mbah galak di jual dengan harga Rp 6.000 saja. Kini, soto tersebut seharga Rp 13.000.

Dari tahun 1948, Bu Ani mengatakan soto pites hanya menggunakan satu merek kecap yaitu “Achli Masak”. Ia mengaku tak berani mengubah kecapnya karena merek tersebut sudah digunakan oleh Mbah Galak sejak awal. Selain itu, ia juga mengaku kalau ini soal kecocokan antara kuah dan kecap. Tentu akan berubah rasanya bila dipadukan dengan kecap yang berbeda pula.

 

 

(brl/far)