Brilio.net - Seolah memiliki magnet bagi para pencari peluang, Jakarta menjadi kota tujuan terutama dalam hal membangun karier. Bahkan setelah sukses, tak sedikit yang memilih tinggal dan menetap di kota penuh gemerlap ini. Namun di balik kemegahan yang ditawarkan, Jakarta juga dianggap tinggi tekanan akan tuntutan.

Hal tersebut pada akhirnya membuat sebagian orang tak menggantungkan hidupnya untuk menetap di Jakarta. Tak sedikit juga yang memutuskan pulang kampung atau pindah ke kota kecil yang lebih tenang. Seperti yang dilakukan pasangan Cristian Rahadiansyah dan Nina Hidayat.

BACA JUGA :
Rumah 5 artis ini dilengkapi perpustakaan, ada mirip di Harry Potter

Cristian Rahadiansyah adalah seorang Pemimpin Redaksi untuk media travel bernama DestinAsian Media Group. Ia juga aktif dalam pergelaran akbar Jakarta International Photo Festival (JIPFest). Sementara Nina Hidayat merupakan Public Relations Museum Macan dan wartawan Majalah Prestige.


foto: brilio.net/Ida Setyaningsih;Instagram/@whereiscristian

BACA JUGA :
Punya konsep unik dan pekerjakan lansia, suasana kafe ini berasa di rumah nenek

Sudah tinggal di Jakarta selama satu dekade lebih dengan karier mentereng, rupanya tak membuat Cristian dan Nina mantap untuk tinggal di Jakarta yang serba ada. Sebaliknya, pasangan ini justru memilih untuk menetap di Magelang, Jawa Tengah sejak 25 Maret 2023 lalu. Bukan hanya sekadar mencari tempat tinggal, Cristian dan Nina juga ingin mewujudkan mimpinya membangun sebuah taman baca.

"Membangun taman baca adalah impian saya sedari dulu, Jakarta sepertinya tidaklah ideal untuk menemukan nuansa tenang. Magelang adalah pilihannya," kenang Cristian Rahadiansyah saat ditemui brilio.net pada Senin (15/4).

Bermula dari jatuh cinta dengan Magelang

Kepindahan Cristian dan Nina ke Magelang, rupanya bukan karena jenuh, melainkan rasa jatuh cintanya dengan kota yang dijuluki Tuin van Java ini. Lama berkarier di bidang media travel, membawa Cristian melanglang buana liputan di berbagai daerah, termasuk ke area Magelang.

"Di tahun 2013, saya sering liputan ke Magelang, mengunjungi situs-situs sejarah seperti Candi Selogriyo atau hotel-hotel mahal di Jawa yang terletak di Magelang ada MesaStila milik Sandiaga Uno, sampai Plataran Heritage," cerita Cristian.

Menelusuri keindahan Magelang membuat Cristian teringat dengan mimpinya memiliki sebuah taman baca. Baginya, Magelang adalah tempat yang tepat mewujudkan impiannya, karena lingkungannya yang damai dan tenang. Setelah melakukan pencarian, Dusun Pucungan, Desa Candirejo, Borobudur dipilih menjadi lokasi untuk berdirinya taman baca impiannya.

"Tahun 2015 tanah ini terbeli oleh Cristian," ucap Nina Hidayat sembari mengajak menyusuri sudut-sudut Melek Huruf.

foto: brilio.net/Ida Setyaningsih

Lokasinya yang jauh dari jalan raya tentu membuat siapapun mengagumi keheningan yang ada di Desa Candirejo. Selain itu, suasana yang asri juga menambah daya tarik tersendiri bagi tempat ini. Meski tak memiliki saudara yang menetap di sini, namun semua yang ditawarkan Magelang membuat pasangan ini mantap pindah.

Meski sudah memiliki tanah sejak 2015, Cristian tak langsung pindah ke Magelang. Ia masih membutuhkan waktu untuk menyusun rencana kepindahan dengan matang. Usai menikah pada 2020 dan dikaruniai seorang buah hati pada 2023, Cristian memboyong keluarga kecilnya untuk menetap di Magelang.

Bersamaan dengan kepindahan tersebut, rumah baca impiannya yang diberi nama Melek Huruf pun sudah selesai dibangun. Dengan berdirinya Melek Huruf, Cristian dan Nina bahkan berencana untuk tinggal di kota ini sampai masa tua.

 

Melek Huruf, hunian dan taman baca yang artistik

Menggandeng arsitek ternama, yakni Marco Kusumawijaya, Melek Huruf memiliki arsitektur yang membuat siapa saja terpukau. Sebagai informasi, Marco Kusumawijaya merupakan seorang arsitek sekaligus penulis buku yang kiprahnya sudak tak perlu diragukan lagi.

"Nah, ini dia buku yang ditulis oleh arsitek kami, Kota-kota Indonesia: Pengantar untuk Orang Banyak, karya Marco Kusumawijaya," tambah Nina sembari memperlihatkan buku karya Marco.

Secara keseluruhan, bangunan ini terbagi menjadi dua bagian depan dan belakang. Bagian depan untuk taman baca dan bagian belakang untuk hunian pribadi Cristian dan Nina. Bagian depan atau taman baca, terdapat ruangan mezzaine yang cocok untuk pengunjung yang ingin memperoleh ketenangan.

Satu sisi dinding, dipenuhi dengan buku-buku yang tertata rapi. Ada berbagai macam koleksi buku yang disediakan, mulai novel, buku sejarah, novel, majalah, sampai buku fotografi dan banyak lagi. Mayoritas merupakan koleksi pribadi milik Cristian dan Nina.

foto: brilio.net/Ida Setyaningsih

Nggak hanya dibangun dengan memikirkan bentuk bangunan agar terlihat estetik, Melek Huruf juga dibuat dengan konsep ramah lingkungan. Menyesuaikan dengan daerah yang ada, bangunan yang didominasi jendela dan kaca ini dibangun tanpa tambahan AC. Meski begitu, setiap ruangannya terasa sejuk, lho.

"Melek Huruf dibangun juga dengan menyesuaikan lingkungan yang ada, ramah lingkungan karena tanpa penggunaan AC di sini," ucap Nina saat mengajak brilio.net berkeliling.

Ketika brilio.net berkunjung, Cristian dan Nina tengah disibukkan dengan kegiatan yang ada di Melek Huruf. Cristian biasa bertugas di bagian bar, sementara Nina memasak menu di dapur. Tak jarang, keduanya juga menyempatkan untuk berbincang-bincang dengan pengunjung.

"Beginilah hari-hari kami memang tak terlalu santai mulai dari menjalankan taman baca, mengurus rumah tangga, dan juga mengasuh Kara (nam buah hatinya)," celetuk Nina.

foto: brilio.net/Ida Setyaningsih

Ya, untuk mengalirkan pendapatan perpustakaan sekaligus membuat pengunjung nyaman, keduanya memutuskan untuk menyediakan food and beverage. Menu-menu yang disediakan merupakan sajian yang biasa oleh Nina dan Cristian nikmati.

"Kami menjual hidangan yang memang kami berdua sukai dan nikmati," ucap Nina Hidayat.

Hidangan minumannya pun lengkap mulai dari kopi, cokelat, hingga teh. Semantara untuk kudapannya nggak kalah lezat seperti waffle topping ice cream atau ayam, smoothie bowl, sampai ayam katsu. Tak dibuka setiap hari, Melek Huruf hanya dibuka untuk umum setiap akhir pekan (Jumat-Minggu). Hal tersebut lantaran Cristian dan Nina masih disibukkan dengan pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan secara remote.

"Saat ini masih ngerjain project-project seni budaya tapi dilakukan secara remote," lanjut perempuan alumni Taylor's University, Malaysia ini.

Walau sibuk, namun keduanya nampak begitu menikmati kegiatan akhir pekan di Melek Huruf. Bukan hanya karena waktu senggang mereka diisi dengan berkegiatan, tapi juga munculnya rasa syukur bisa dipertemukan dengan teman-teman baru.

foto: brilio.net/Ida Setyaningsih

"Kami bersyukur rutinitas akhir pekan di taman baca mempertemukan kami dengan pengunjung yang sebagian berujung jadi kawan," beber Nina lagi.

Bikin pengunjung ingin datang lagi

Seorang pengunjung bernama Dewi mengaku senang bisa menyempatkan diri berkunjung ke Melek Huruf ketika tengah mudik ke Magelang. Menurutnya, tempat ini menawarkan sesuatu yang baru di Magelang. Ia akui, akan berkunjung kembali lagi ke Melek Huruf.

"Menurut aku ini jadi destinasi yang pas, baik untuk keluarga atau muda-mudi. Kita bisa hang out sambil baca-baca buku. Nggak pernah kebayang tempat estetik kaya gini ada di Magelang," beber Dewi.

Buat kamu yang tertarik untuk berkunjung, Melek huruf buka mulai pukul 10.00-18.00 WIB. Lokasi ini tak jauh dari obyek wisata Candi Borobudur. Jadi jika kamu sedang berwisata, jangan lewatkan untuk mampir ke tempat artistik yang menawarkan bacaan buku gratis dan kudapan nikmat ini!

(brl/mal)

RECOMMENDED