Brilio.net - Jika kamu mengunjungi Kediri, cobalah untuk menyempatkan diri mengunjungi Dusun Jengkol, Desa Plosokidul, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Di pinggir jalan raya yang menghubungkan Pare-Kediri, kamu akan menjumpai banyak warung sate. Ini bukan sate pada umumnya karena daging yang dipakai adalah bekicot atau siput.

Misinah (39), pemilik warung sate bekicot menceritakan, perintis usaha warung sate bekicot di tempat ini adalah Wagiman. "Sekarang sudah diteruskan anaknya," katanya sambil menunjuk ke arah seberang jalan warungnya. Di sana terpampang papan yang menunjukkan warung milik pioneer penjual sate bekicot di Dusun Jengkol.

Wanita mungil dan berkulit putih bersih itu mengakui, sejak Wagiman mendirikan warung bekicot tersebut, Dusun Jengkol menjadi terkenal sebagai penyedia makanan ini. Namun Misinah tidak menyebutkan kapan pastinya Wagiman memulai bisnis itu. Hanya saja, orang tuanya yang juga merupakan penduduk asli dusun Jengkol pernah menjadi penjual sate bekicot keliling pada tahun 1982. 


Misinah melanjutkan, jika orang tuanya dulu mencari bekicot sendiri di hutan, sekarang dia cukup membeli di pabrik bekicot di daerah Pesantren-Kediri sehingga lebih praktis dan hemat. Dengan pasokan yang terjaga, dia tinggal fokus dalam pengolahan saja.

Untuk setiap kilogramnya, Misinah mengeluarkan kocek Rp 30.000. Jika dia menjual kembali daging bekicot itu, maka dia mematok Rp 35.000,00 per kilogramnya.

Misinah menyatakan, dari sate bekicot bisa menopang kehidupan perekonomian warga. Sampai hari ini sudah ada sembilan warung yang menjual olahan daging bekicot, meliputi sate, sambal goreng, sampai keripik. Kesemua itu sama larisnya. "Jangan salah, orang-orang luar daerah itu sering bilang 'kalau ke Kediri, jangan lupa mampir ke Jengkol, Plosoklaten. Incip sate 02' begitu," katanya tertawa saat menyebutkan angka yang merupakan nomor judi togel untuk hewan Mollusca itu.  

Dia mengaku pelanggannya sendiri berasal dari Jakarta, beberapa kota di Jawa Tengah, Surabaya, Jember, Lamongan, Jombang, dan Blitar. Kunjungan pembeli sering kali mencapai puncak ketika hari libur biasa, hari libur nasional, maupun lebaran. Saking banyaknya pembeli, baik di warungnya maupun di warung lain juga bisa antre-antre. Tak heran bila akhirnya penghasilan yang diraup Misinah dan pedagang lain juga fantastis. "Ketika Lebaran aja, keuntungan bisa bikin beli satu motor baru, lho. Semua yang jualan sate bekicot begitu. Dari yang enggak punya dulunya, terus jualan sate bisa beli apa-apa. Bahkan ada yang bisa naik haji karena hasil menjual olahan daging bekicot," pungkasnya menutup perbincangan dengan brilio.net, Senin (9/3).

Nah, kalau kamu tidak jijik dengan bekicot dan olahannya, silakan mampir sejenak di dusun yang berjarak sekitar 30 menit dari pusat kota Pare-Kediri ini. Ada beberapa warung di sana yang bisa menjadi pilihan kamu untuk mencicipi olahan daging bekicot yang nikmat dan gurih. Selamat berwisata kuliner!

(brl/pep)