Brilio.net - Sindrom patah hati atau dikenal dengan nama kardiomiopati takotsubo merupakan sebuah kondisi yang menyerang jantung. Melansir dari heatlh.harvard.edu, sindrom patah hati pertama kali dijelaskan pada 1990 di Jepang. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh stres emosional atau fisik yang parah, seperti penyakit mendadak, kehilangan orang yang dicintai, kecelakaan serius, atau bencana alam seperti gempa bumi. Itu sebabnya kondisi ini juga disebut kardiomiopati stres atau sindrom patah hati.

Melansir dari psychcentral.com, sebuah studi yang diterbitkan pada Oktober 2021 menemukan bahwa 88,3 persen dari 135.463 kasus "sindrom patah hati" dialami oleh perempuan. Perempuan yang mengalami sindrom patah hati didominasi dari kalangan usia paruh baya dan tua.

Hasil dari penelitian tersebut mengemukakan, perempuan yang lebih tua berpotensi 10 kali lipat lebih besar untuk terdiagnosa mengalami sindrom patah hati dibandingkan perempuan muda dan laki-laki. Penyebab perempuan paruh baya lebih mendominasi terkena sindrom patah hati belum diketahui secara pasti. Namun, salah satu ahli menyatakan bahwa sindrom patah hati lebih banyak diidap oleh perempuan karena tekanan emosional.

Stres eksternal juga menjadi penyebab risiko sindrom patah hati bagi perempuan. Bukan hanya itu, kondisi jantung yang semakin melemah dan seiring bertambahnya usia menjadi faktor timbulnya lonjakan stres yang terjadi pada perempuan.


Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa sindrom patah hati perlu menjadi perhatian khusus untuk perempuan. Maka dari itu, penting mengetahui lebih lanjut bagaimana gejala dan cara penanganan kasus sindrom patah hati.

Dirangkum brilio.net dari berbagai sumber, Jumat (14/6), berikut ini informasi lengkap gejala sindrom patah hati dan cara penanganannya.

Gejala sindrom patah hati

foto: freepik.com

Sindrom patah hati tidak berdampak fatal pada manusia. Namun para penyintas sindrom patah hati mengatakan fase ini menjadi pengalaman yang menakutkan dan memengaruhi kualitas hidup. Adapun gejala yang dapat ditimbulkan dari sindrom patah hati sebagai berikut:

- Nyeri dada yang tiba-tiba dan parah.

- Sesak napas.

- Melemahnya ventrikel kiri jantung.

- Detak jantung tidak teratur.

- Tekanan darah rendah.

- Palpitasi jantung .

- Pingsan.

Selain itu, penyebab sindrom patah hati juga bisa diketahui sebagai berikut:

- Penurunan tekanan darah secara tiba-tiba.

- Penyakit serius, pembedahan, atau prosedur medis (misalnya jantung).

- Sakit parah.

- Kekerasan dalam rumah tangga.

- Serangan asma.

- Menerima kabar buruk (seperti diagnosis kanker).

- Kecelakaan, kehilangan, penyakit, atau cedera yang tidak terduga pada kerabat dekat, teman, atau hewan peliharaan.

- Argumen yang sengit.

- Kerugian keuangan.

- Ketakutan yang intens.

- Berbicara di depan umum.

- Kejutan mendadak lainnya.

Cara penanganan sindrom patah hati.

foto: freepik.com

Penanganan sindrom patah hati melibatkan kombinasi perawatan medis dan dukungan psikososial untuk membantu pemulihan fisik dan emosional pasien. Meskipun kondisi ini tidak mengancam jiwa, gejalanya seringkali mirip dengan serangan jantung, sehingga pengobatan yang tepat sangat penting.

Dengan pendekatan yang komprehensif, termasuk perawatan medis yang memadai dan dukungan emosional yang baik, pasien dapat mengatasi sindrom patah hati dan memulihkan kesehatannya. Adapun obat yang biasanya diberikan kepada sindrom patah hati sebagai berikut:

- Aspirin untuk meningkatkan sirkulasi dan mencegah pembekuan darah.

- Penghambat ACE (angiotensin-converting enzim) atau ARB (penghambat reseptor angiotensin) untuk menurunkan tekanan darah.

- Beta-blocker untuk memperlambat detak jantung.

- Diuretik untuk mengurangi penumpukan cairan.

Selain itu, sindrom patah hati memiliki beberapa varian. Dilansir dari clevelandclinic.org, adapun jenis-jenis sindrom patah hati sebagai berikut:

- Apikal adalah jenis yang paling umum, mencakup lebih dari 80 persen kasus. Apikal mempengaruhi bagian bawah jantung.

- Ventrikel tengah adalah jenis yang memengaruhi bagian tengah ruang bawah jantung (ventrikel). Daerah yang terkena akan tampak seperti cincin di sekitar jantung. Namun area jantung di atas dan di bawah masih berfungsi dengan normal.

- Basal mirip dengan ventrikel tengah, namun area yang terkena bisa terlihat seperti cincin. Area yang masih berfungsi normal hanya bagian bawah. Jenis ini hanya terjadi sekitar 2 persen.

- Fokal merupakan jenis paling langka dan hanya terjadi sekitar 1 persen. Area yang terkena akan membentuk tonjolan yang menonjol keluar dari jantung.

Sindrom patah hati juga bisa menyebabkan komplikasi. Adapun komplikasi sebagai berikut:

- Edema paru.

- Pecahnya ventrikel kiri jantung.

- Penyumbatan aliran darah dari ventrikel kiri.

- Gagal jantung.

- Gumpalan darah di dinding ventrikel kiri.

- Hipotensi (tekanan darah rendah).

- Irama jantung tidak normal.

- Serangan jantung.

(brl/jad)